SDN Leuwilisung
SUKABUMIZONE.COM, SUKABUMI– Kondisi sarana dan prasarana (Sapras) pendidikan di Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, membutuhkan sentuhan pemerintah. Dimana banyak ditemukan sekolah yang memiliki Sarpras jauh dari standar kelayakan. Misalnya, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Leuwilisung di Jalan Baros Desa Neglasari Kecamatan Nyalindung yang kekurangan dua lokal kelas untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Kondisi serupa juga dijumpai di SDN Cikarang Kampung Cikarang Desa Sukamaju Kecamatan Nyalindung yang saat ini sangat mendambakan rehab berat untuk tiga lokal kelasnya yang hambir ambruk. Ironisnya sampai saat ini belum ada tanggapan serius dari pemerintah terkait kondisi prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan sekolah tersebut.
Kepala SDN Leuwilisung Yayat Sudrajat S. Pd mengatakan, sekolah yang dipimpinya itu mempunyai 192 siswa dengan tujuh lokal kelas, satu diantaranya terpaksa dipergunakan kantor dan ruang perpustakaan. Hal tersebut otomatis berdampak pada KBM siswa yang kurang epektif.” Kami terpaksa melakukan sistem sif kelas satu dan kelas dua. Yakni, kelas satu masuk bagian pagi dimulai Pukul 07.30 WIB sampai 10.00 WIB dan untuk kelas dua masuk siang pada Pukul 10.00 WIB hingga 12.30 WIB. Meski demikian kami tetap berusaha menyampaikan materi pembelajaran dengan baik,” kata Yayat kepada www.sukabumizone.com Rabu, (08/01).
Menurut Yayat, siswa harus rela belajar bergiliran dan berlangsung sudah cukup lama. Pihaknya tidak tinggal diam dengan langsung mengajukan hal itu kepada pemerintah melalui proposal.” Usaha keras telah kami jalani. Namun, entah kenapa sampai saat ini bantuan belum kunjung datang,” tandasnya.
Agar proses belajar mengajar bisa lebih fokus dan maksimal maka, RKB harus segera dibangun. Sebab itu, ia berharap pemerintah bisa merespon seluruh harapan pihak sekolah.” Kami mohon bantuan dari pemerintah agar secepatnya menurunkan bantuan,” imbuhnya.
Sementara itu, Pejabat Sementara Kepala SDN Cikarang Supandi S. Pd menjelaskan, tiga lokal kelas yang dimilikinya hampir ambruk dan terpaksa masih dipergunakan KBM padahal kondisinya sangat membahayakan, gentingnya bojor, atapnya lapuk, dindingnya pun tampak rekat.” Ya, mahu bagaimana lagi kami tidak memiliki ruangan lagi untuk belajar meski was-was terpaksa kami gunakan. Kondisi fisik tiga lokal kelas sudah tampak tua dan tidak layak huni serta kondisi tanahnya cukup labil,” keluh Supandi.
Menurutnya, pihaknya tidak dapat berbuat banyak selain menunggu bantuan dari pemerintah yang tak kunjung datang. Selain itu, ia telah berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan seperti mengajukan proposal melalui Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan dan lain sebagainya.
” Menurut inforamasi yang kami terima sekolah ini akan mendapatkan bantuan pada 2014. Untuk itu, Kami harapkan sekolah ini mendapatkan bantuan untuk merehab tiga lokal kelas. Sebab, kami sangat was-was ketika melakukan KBM,” sahut dia.
Ia berharap, pemerintah bisa membantuan serta melihat keadaan sekolah yang ia pimpinnya itu.” Kami mohon pada pemerintah terkait segera mengucurkan bantuan untuk sekolah ini sehingga siswa tidak lagi dihantui rasa was-was dalam melakukan KBM,” pungkasnya. Dendi