SUKABUMI — Bencana yang terjadi di Kota Sukabumi sebagian besar termasuk dalam kategori hidrometeorologi. Hal itu didasarkan pada keterangan yang ada dalam data informasi bencana (DIB) 2017 yang dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi.
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang dipengaruhi faktor cuaca, suhu serta iklim seperti banjir, longsor serta puting beliung.
“Jumlah kejadian bencana hidrometeorologi mencapai 70 persen dari seluruh kejadian,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami kepada wartawan, Selasa (13/3).
Sedangkan sisanya merupakan bencana nonhidrometeorologi. Hal itu mengacu pada data bencana pada rentang waktu Januari sampai Desember 2017 yang tercatat sebanyak 160 kejadian.
Menurut Zulkarnain, berdasarkan periode, bulan tertinggi bencana pada 2017 terjadi April sebanyak 38 kejadian, Februari 23 kejadian dan Desember 18 kejadian. Bencana pada kurun waktu tersebut salah satunya terjadi karena intensitas hujan tinggi. “Laporan bencana pada rentang waktu tersebut mencapai sekitar 51.25 persen dari total keseluruhan,” ujarnya.
Zulkarnain merinci, wilayah kejadian tertinggi bencana terjadi di Kecamatan Cikole dengan 46 kejadian, Tepatnya di Kelurahan Subangjaya. Kedua di Kecamatan Gunungpuyuh sebanyak 19 kejadian serta terbanyak di Kelurahan Karangtengah serta ketiga di Kecamatan Warudoyong 17 kali kejadian yang terbanyak di Kelurahan Benteng.
Sementara bencana terendah ada di Kecamatan Baros yang hanya 10 kejadian serta Lembursitu sebanyak 14 kali kejadian.
“Bencana pada 2017 sedikit menurun bila dibandingkan 2016 yang mencapai sebanyak 187 kejadian,” pungkasnya. rol