SUKABUMI — Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menyoroti kasus balita 2,5 tahun yang merokok. Lembaga ini berharap kasus tersebut tidak terulang kembali di kemudian hari.
Balita yang diduga kecanduan merokok berinisial RAF merupakan putra dari pasangan Misbahudin (45) serta Maryati (35). Keduanya merupakan warga Kampung Pondok Anyar, Cibadak, Kabupaten Sukabumi. “Kasus bocah perokok, KPAI sangat prihatin,” kata Ketua KPAI Kabupaten Sukabumi Dian Yulianto kepada wartawan, belum lama ini.
Dia berharap anak-anak di Kabupaten Sukabumi mendapatkan perhatian khusus serta layak. Dengan begitu, mereka terhindar dari berbagai pengaruh buruk, perlakuan kasar, serta pelecehan yang akhir-akhir ini marak terjadi. “Anak adalah peniru terbaik dari perilaku orang tua, saudara kandung, atau tetangga. Termasuk dalam meniru aktivitas merokok. Akibatnya, anak menganggap merokok adalah hal yang biasa dilakukan,” ujarnya.
Selain itu, akses anak untuk mendapatkan rokok di Indonesia umumnya dinilai sangat mudah. “Rokok mudah dibeli dimana saja serta harganya cukup murah,” tuturnya.
KPAI berharap dukungan keluarga serta lingkungan, khususnya dalam upaya rehabilitasi serta penyembuhan balita ini dari kecanduan merokok. Ayah kandung RAF, Misbahudin, mengatakan, anaknya memang sering kali mengambil puntung rokok yang ada di depan rumah. “Biasanya langsung diisap oleh RAF,” ujarnya.
Menurutnya, keluarga kini berupaya agar RAF tidak kecanduan rokok. Sebab kebiasaan ini dinilai merusak kesehatan.
Kebiasaan RAF merokok dimulai ketika dia sering mengambil puntung rokok yang ada di depan rumahnya. “Awalnya tidak merokok hanya melihat orang lain sepertinya enak,” tandas nenek RAF Arsiti (67).
Balita ini akhirnya mengisap puntung rokok serta terkadang memakan sisa rokok tersebut. Arsiti menyebut, cucunya kecanduan merokok. Apabila tidak diberi rokok, RAF akan marah. “Kalau mau merokok biasanya baru dikasih sebab marah. Dalam sehari, RAF mengisap dua hingga tiga batang rokok,” pungkasnya. rol