SUKABUMI– Badan Pusat Statistik Jawa Barat merilis data mengenai inflasi pada bulan Maret 2012 yang tercatat negatif atau deflasi 0,02 karena penurunan harga bahan pangan menyusul panen raya persawahan. Namun, Bank Indonesia berpendapat bahwa seharusnya deflasi tersebut bisa lebih rendah lagi jika tidak ada gonjang-ganjing soal kenaikan harga bahan bakar minyak.
Hal tersebut diutarakan secara terpisah oleh Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jabar, Anggoro Dwitjahyono, serta Pemimpin Bank Indonesia Bandung, Lucky Fathul Aziz Hadibrata. BPS mencatat bahwa deflasi di Jabar berhasil meredam kenaikan beberapa komoditas seperti cabe rawit maupun cabe merah yang meningkat pesat sepanjang bulan.
Dari tujuh kota yang menjadi sampel Indeks Harga Konsumen oleh BPS, Kabupaten Sukabumi menempati peringkat sebagai daerah dengan deflasi tertinggi 0.47 persen. “Kemungkinan besar disebabkan penurunan harga beras yang melimpah usai panen raya,” kata Anggoro.
Sebaliknya, Kota Bekasi tercatat memiliki angka inflasi yang tertinggi selama bulan Maret yakni 0.16 persen. Kepala BPS Kota Bekasi Slamet Waluyo berujar, kenaikan komponen memang terindikasi akibat kabar kenaikan harga BBM bersubsidi. Salah satunya seperti garmen maupun transportasi.
Lucky yang dihubungi terpisah menjelaskan bahwa seharusnya deflasi di Jabar mencapai 0,2 persen, bukan 0,02 persen mengingat Maret tahun sebelumnya mencapai deflasi 0,23 persen. Dia mencatat bahwa seharusnya stok sebagian bahan pangan meningkat pada triwulan pertama tahun 2012 seperti beras, cabe merah, bawang merah, bawang putih, maupun daging ayam.
sumber:kompas