SUKABUMIZONE.COM, SUKABUMI — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan budidaya mina padi udang galah (Ugadi). Budidaya ini mulai digenjot pada 2012 karena dapat meningkatkan nilai tambah dan keuntungan bagi petani.
Ugadi yang merupakan singkatan Udang Galah dan Padi ini mulai diterapkan di Sukabumi, tepatnya di kawasan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBAT), Kota Sukabumi. Bahkan, panen Ugadi yang kedua kalinya langsung dilakukan Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebijakto.
Pada panen tersebut dapat dihasilkan sebanyak 100 kilogram udang galah dari 1.000 meter persegi areal persawahan. Sementara padi yang dihasilkan mencapai sekitar 800 kilogram dari 1.000 meter persegi lahan sawah.
‘’Penebaran udang galah di persawahan tidak mengganggu produktivitas padi,’’ terang Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebijakto, kepada wartawan. Faktanya, pola tumpang sari ini justru mampu meningkatkan produksi dan memberikan nilai tambah bagi petani.
Dari hasil panen, terang Slamet, dapat diketahui dari satu hektare areal persawahan rata-rata dapat dihasilkan sekitar 8 ton gabah. Sedangkan produksi udang galah mencapai sekitar 1 ton hingga 1,5 ton per hektare.
Slamet mengungkapkan, produksi udang galah mampu memberikan penghasilan lebih bagi petani. Saat ini harga udang galah mencapai sekitar Rp 60 ribu per kilogram.
Di sisi lain, permintaan udang galah dalam negeri cukup tinggi dan belum mampu memenuhi kebutuhan pasar. Jumlah permintaan udang galah di Jakarta mencapai sekitar dua ton per hari, sedangkan secara nasional mencapai sekitar 20 ton per hari.
Selain Jakarta, daerah yang membutuhkan pasokan udang galah yaitu Bali, Yogyakarta, dan Bandung. Daerah tersebut membutuhkan udang galah karena banyak wisatawan luar negeri yang datang berkunjung ke sana. Sejumlah negara sepeti Thailand dan Jepang pun meminta pasokan serupa.
Menurut Slamet, KKP kini tengah melakukan sosialisasi budidaya Ugadi. Selain di kawasan BBPBAT Sukabumi, pengembangan Ugadi juga dilakukan di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dan daerah Subang, Jawa Barat (Jabar). Ke depan, budidaya Ugadi akan disebarkan ke seluruh wilayah Indonesia.
Lebih jauh Slamet menerangkan, penerapan Ugadi sangat mudah dan murah. Varietas padi yang ditanam merupakan jenis yang tahan terendam air selama pemeliharaan seperti Inpari 13. Benih udang galah yang digunakan ukuran bobot 6-8 gram per ekor.
‘’Pola Ugadi tidak menggunakan pestisida,’’ ujar Slamet. Hama-hama seperti penggerek batang akan dimakan oleh udang maupun ikan.
Kepala BBPBAT, M Abduh Nurhidajat menambahkan, dari areal 1.000 meter ditebar sebanyak 5.000 benih udang galah. Penebaran benih dilakukan setelah padi berumur 10 hari dengan padat tebar 5 ekor per meter persegi.
Abduh mengatakan, BBPBAT menyiapkan benih udang galah terbaik untuk Ugadi. Sepanjang 2011, balai ini telah menghasilkan benih udang galah sebanyak tiga juta ekor dan menargetkanpada 2012 bisa menambah kapasitas produksi menjadi lima juta ekor benih.
sumber: ROL