SUKABUMIZONE.COM,SUKABUMI–Pascagempa bumi berkekuatan 6,1 Skala Richter (SR) yang melanda Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (4/6), mengakibatkan 247 bangunan mengalami kerusakan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukabumi mencatat, ratusan bangunan rusak tersebar di delapan kecamatan yakni Kecamatan Cidolog,Tegalbuleud,Pabuaran, Sagaranten, Simpenan ,Pelabuhanratu, Ciemas, dan Parungkuda. Kerusakan terbanyak berada di Kecamatan Cidolog.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Sukabumi Usman Susilo mengatakan, sampai pukul 16.00 WIB jumlah bangunan yang rusak dilaporkan sebanyak 247 unit dengan kategori 167 rusak ringan, 69 rusak berat,dan 11 rumah rusak berat.“Jumlah tersebut masih sementara karena kami masih melakukan pencocokan data.Tidak menutup kemungkinan angka ini akan bertambah,” kata Usman. Menurut dia, pendataan ini dilakukan selama tiga hari terhitung sejak bencana terjadi.
Prosesnya melibatkan puluhan personel tim reaksi cepat BPBD maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sekretaris BPBD Kabupaten Sukabumi Tatang menambahkan, pihaknya belum melakukan penghitungan jumlah kerugian. Saat ini pihaknya masih fokus pada pendataan korban dan kerusakan. “Untuk pemenuhan kebutuhan makan, kami sudah mengirimkan bantuan,”ujarnya. Sementara itu, BNPB menyatakan, sebanyak 95,7% penduduk rawan terkena terutama mereka yang berada di Pulau Jawa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sekitar 95,7% atau 227,4 juta penduduk yang tersebar di 233 kabupaten dan kota rentan mengalami bencana dengan tingkat bahaya tinggi, sedang, dan rendah. “Indonesia menempati jumlah penduduk terbesar yang rawan tsunami,” ujarnya. Dia mengungkapkan, peningkatan risiko bencana sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, ditambah tingginya kerentanan dan rendahnya kapasitas dalam mengantisipasi sehingga penanggulangan bencana perlu menjadi prioritas dalam pembangunan nasional.Apalagi tren bencana terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
“Dalam setiap kegiatan pembangunan, pengelolaan bencana harus jadi bagian dari pembangunan itu sendiri, baik di tingkat pusat dan daerah,”paparnya. Jika dilihat dari karakteristik bencana,lanjut Sutopo,Jawa Barat, Jawa Timur,Yogyakarta, dan Sumatera Barat,termasuk daerah rentan gempa bumi. Daerah rentan tsunami Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat,Jawa Timur,Bali,NTB,dan NTT. Sementara daerah yang paling rawan kebakaran hutan antara lain Sumatera Utara, Riau,Jambi,Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,Kalimantan Timur,Kalimantan Selatan,dan Kalimantan Tengah.
“Jadi tergantung dari karakteristik bencananya,” tandasnya. Sutopo menambahkan,berdasarkan Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) sepanjang 1815-2011 terdapat 11.910 bencana yang menyebabkan 329.585 jiwa meninggal dan hilang. Dari jumlah tersebut,77% adalah bencana hidrometeorologi, 3% geologi, dan sisanya akibat ulah manusia. “Meski bencanageologihanya menyumbang 3%,sekitar 87% di antaranya menyebabkan korban meninggal dan hilang.Sedangkan bencanahidrologimenyumbang sekitar 9%,”tutupnya.
Kepala BNPB Syamsul Maarif mengatakan, pihaknya tengah mengantisipasi munculnya tsunami di Pantai Selatan Jawa.Potensi tsunami terlacak dari data penelitian yang diterima BNPB.Beberapa laut di sekitar Pantai Selatan bahkan terdapat energi yang sewaktu- waktu dapat lepas dan menimbulkan tsunami. Selain di selatan Jawa, potensi energi tersimpan di laut Sumatera Barat, Bali, dan Papua.
“Kami diberi waktu dua tahun merealisasikan rencana penanggulangan tsunami,”kata Syamsul. Dia menyebutkan, wilayah pantai Selatan yang masuk zona antisipasi tsunami meliputi Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Bantul.
sumber:Seputar Indonesi