SDN Cikuda
SUKABUMIZONE.COM, SUKABUMI– Beberapa Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, kondisinya masih memprihatinkan. Pasalnya, banyak ditemukan Sarana Prasarana (Sapras) sekolah yang belum memenuhi standar Sapras pendidikan. Misalnya saja, SDN Cikuda, SDN 1 Bojongkalong dan SDN Tangeung yang memiliki beberapa lokal kelas dengan kondisi rusak berat serta kekurangan lokal.
Dari data yang dihimpun, SDN Cikuda kini membutuhkan rehab berat untuk dua lokal kelas, SDN 1 Bojongkalong butuh penambahan Ruang Kelas Baru (RKB) dan SDN Tangeung satu lokal RKB serta rehab dua lokal kelas. Kondisi seperti ini tak ayal membuat siswa kurang konsentarasi dalam belajar. “Selain siswa, kami pun sebagai guru sulit membrikan materi pembelajaran karena jumlah lokal kelas tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada,” kata Kepala SDN Cikuda Setiawan Usman S.Pd saat dijumpai www.sukabumizone.com Rabu, (10/12).
Sekolah yang dipimpinnya itu berdiri sejak 1982 serta memiliki luas tanah 1600 m2 dan jumlah siswa sebanyak 105 siswa.” Kami sangat mendambakan dua lokal kelas yakni kelas empat dan kelas tiga direhab berat. Saat ini, gentingnya bojor, atap lapuk, dindingnya pun tampak retak. Melihat kondisi seperti ini rasa was-was selalu menghantui namun, harus bagaimana lagi bangunan ini terpaksa masih kami gunakan untuk KBM,” tuturnya.
Memang jumlah lokal kelas jumlahnya masih terbilang cukup ujar Setiawan. Tapi, yang dikhawatirkan dari sisi kualitas bangunan yang sudah rusak.” Apalagi pada waktu siang hari situasi belajar siswa kurang nyaman akibat dari sengatan matahari karena atap sekolah ini dibuat dari almunium,” imbuhnya.
Ia berharap, pemerintah bisa membantu serta melihat keadaan sekolah itu.” Pemerintah terkait kami harap segera mengucurkan bantuan untuk sekolah ini. Sebab, tanpa bantuan dan dukungan dari pemerintah dunia pendidikan akan sulit mengejar standar pendidikan yang sudah ditentukannya,” tandasnya.
SDN 1 Bojongkalong
Di tempat yang berbeda, Kepala SDN 1 Bojongkalong H.Sukrianto S.Pd diwakili Sulaemi S.Pd.I menjelaskan, sekolah itu memiliki jumlah siswa sebanyak 221 orang dengan delapan lokal kelas satu diantarnya terpaksa dipergunakan kantor.” Ya, mau tidak mau kami harus rela megajar dalam kondisi tidak nyaman. Apalagi untuk kelas empat dan tiga harus rela menjadi kelas gemuk karena banyaknya siswa melebihi kapasitas ruang yang ada,” kata Sulaemi .
Dengan kondisi seperti itu, pihaknya hanya bisa pasrah menunggu bantuan pemerintah agar secepatnya mengucurkan bantuan untuk RKB.” Kegiatan belajar harus tetap berjalan tentunya itu harus ditunjang dengan Sapras yang memadai. Untuk itu, kami pun memohon pemerintah menurunkan bantuan,” harapnya.
SDN Tanggeung
Semenatara itu, kondisi serupa juga dialami SDN Tanggeung yang mengharapkan ada bantuan pengadaan lokal sebanyak tiga lokal kelas. Pasalnya, dua lokal kelas yang dimiliki sekolah tersebut hampir ambruk. Sehingga siswa yang duduk dikelas dua harus rela belajar di bangunan milik Madrasah Diniyah (MD) sejak 2006 samapi sekarang. Ironisnya, sampai saat ini upaya keras pihak sekolah belum membuahkan hasil. Pemerintah seolah kurang serius menanggapi keluhannya tersebut.
Kepala SDN Tanggeung Nani Yuningsih melalui salah seorang guru Deden Jakaria menuturkan, dua lokal kelas yang dimilikinya hampir ambruk.” Terpaksa dua lokal itu masih dipergunakan KBM meski kondisinya sangat membahayakan,” ulas Deden.
Pihaknya tidak dapat berbuat banyak selain menunggu bantuan dari pemerintah yang tak kunjung datang.” Kami telah berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan seperti mengajukan proposal melalui Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan dan lain sebagainya. Kami harapkan sekolah ini mendapatkan bantuan untuk RKB tiga lokal kelas. kami sangat was-was ketika melakukan KBM,” harapnya. Dendi