SUKABUMIZONE.COM, SUKABUMI–Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cibangbara Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, kondisinya masih memprihatinkan. Pasalnya, sarana prasarana (Sapras) di sekolah tersebut tidak memenuhi satandar pendidikan. Sekolah yang berdiri sejak 1975 itu kini hanya memiliki enam lokal kelas satu diantaranya terpaksa dipergunakan kantor dengan gedung perpustakaan. Ironisnya jumlah siswa yang ada yakni, 120 orang tidak sebanding dengan jumlah lokal kelas yang di miliki.” Sehingga pihak sekolah terpaksa menggunakan sistem sif untuk terselenggaranya proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siswa. Kelas satu masuk pagi mulai Pukul 07.30 WIB samapi Pukul 09.30 WIB. Sementara kelas dua masuk dari Pukul 09.30 WIB hingga 12.00 WIB,” kata Kepala SDN Cibangbara Tuti Susilawati didampingi orang tua siswa Anto Susanto kepada wartawan www.sukabumizone.com Juma’at, (28/03).
Kekurangan lokal kelas itu berdampak pada waktu belajar siswa tutur Tuti. Selain itu, konsentrasi siswa dalam melakukan poses KBM terganggu.” Ya, kasihan siswa yang belajar di sini semenjak sekolah ini berdiri harus rela belajar bergiliran,” tandasnya.
Pihaknya sudah berupaya keras demi meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Seperti, mengajukan proposal melalui Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan.” Hampir setiap tahun pihak sekolah selalu mengirimkan proposal kepada intansi terkait. Namun, entah kenapa keluhan kami belum ditaggapi dengan jelas,” sahuntya.
Sebab itu, ia berharap pemerintah terkait bisa melihat kondisi sekolahnya dan segera membantu Ruang Kelas Baru (RKB).” Kami mohon pemerintah segera merealisasikan anggaran untuk dua RKB. Hal ini demi meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan siswa pun bisa serentak masuk pagi,” harapnya.
Di singgung mengenai Bantuan Siswa Miskin (BSM) ia menjawab, pihaknya berterimakasih kepada pemerintah atas bantuan yang diberikan.” Bahkan, kami merasa gembira sebab, dari 120 siswa yang diajukan untuk mendapatkan BSM 50 persen berhasil tanpa ada kendala apapun,” ucapnya.
Pada Desember 2013 yang jatuh pada smester satu, golongan pertama dengan jumlah siswa sebanyak 49 siswa mendapat BSM ujar Tuti. Sementara awal Januari 2014 hanya 11 siswa yang mendapatkan pada golongan ke dua.” Kami pihak sekolah hanya memfasilitasi orang tua siswa saja. Sedangan untuk pengambilan serta pencairan BSM diambil langsung orang tua siswa,” imbuhnya.
Keberhasilan dalam mencairkan anggaran BSM merupakan hasil kerjasama yang solid antara guru dengan orang tua siswa dalam mengisi sumua formulir sebagai persyaratan yang sudah di tentukan.” Karena persyaratan di Bank itu harus jelas seperti Kartu Keluarga (KK), Akte dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) harus sesuai dengan identitas di sekolah. Sebab itu, agar lebih mempermudah kami memiliki rencana akan menerima siswa baru dengan syarat memiliki Akte dan KK,” pungkasnya. Dendi