SUKABUMI – Satu Kampung di Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat, mendapatkan bantuan alat pemantau kondisi cuaca.
Bantuan tersebut, diberikan sebab kampung itu meraih penghargaan dari Program Kampung Iklim (Proklim) tingkat Nasional 2015 yang merupakan pemberian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Seksi Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Sukabumi, Frendy Yuwono mengatakan, lokasi alat pemantau cuaca itu seperti, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mini di Sukabumi. Saat ini, menjadi pusat informasi mengenai cuaca dan iklim di Sukabumi. “Alat itu terdiri atas pengukur curah hujan (ombrometer), pengukur kecepatan angin (anemometer), pengukur temperatur udara, serta alat pengukur intensitas terik matahari,” kata Fredy.
Pengelolaan alat tersebut, dilakukan oleh warga RW 09. Nantinya, warga pun dapat memanfaatkan alat tersebut sebagai media informasi dalam menghadapi potensi bencana, misalnya banjir. Tak hanya itu, lokasi BMKG mini juga nantinya dapat dijadikan tempat pembelajaran terkait pemantauan perubahan cuaca dan iklim. “Semisal, untuk pelajar. Ke depan Pemerintah Kota Sukabumi akan berupaya menambah sejumlah perlengkapan di lokasi tersebut guna lebih meningkatkan kualitas layanannya,” ujarnya.
Sementara, Ketua RW 09 Paedulloh menjelaskan, alat pemantau kondisi cuaca itu diperoleh dari kementerian awal tahun ini. Data dari alat tersebut dicatat oleh dua warga yang telah dipilih pihak RW. “Alat ini dipasang di lahan milik RW dan dikelola warga,” paparnya.
Di kampungnya telah dibentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang menggelar sejumlah kegiatan terkait lingkungan. Diantaranya, pengelolaan sampah dan kompos serta pengelolaan air bersih. Prestasi inilah yang membuat kampung tersebut mendapatkan penghargaan dan bantuan alat pemantau cuaca. “Dengan adanya alat ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi warga sekitar dan Kota Sukabumi. Utamanya dalam upaya mengantisipasi potensi bencana,” pungkasnya. Rol