NYALINDUNG – Kurangnya pemerataan bantuan Sarana dan Prasarana (Sapras) pendidikan hingga saat ini membuat sejumlah sekolah di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, merasa terdiskriminasikan. Pasalnya, bangunan sekolah yang berada di pelosok atau pedesaan jauh berbeda dengan yang berada di pusat kota.
Di pusat kota, banyak di jumpai sekolah yang berdiri megah. Namun, beda halnya dengan keberadaan sekolah di pelosok hanya terlihat bangunan sederhana. Saat ini, masih terdapat kesenjangan pada setiap sekolah. Semisal, adanya perbedaan signifikan antar sekolah di desa atau di pelosok dengan sekolah di kota. Perbedaan menonjol bukan karena jarak atau lokasi. Tetapi pada Sapras, fasilitas serta kelengkapan sekolah untuk menunjang pendidikan. Seperti halnya, Sapras yang masih minim di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sirnagalih, Kecamatan Nyalindung.
Kepala SDN Sirnagalih, Wiwin Winarsih mengatakan, sekolah dipelosok menuntut ke adilan dari pemerintah agar pendidikan bagi anak yang berada di desa dan di kota dapat merata sesuai yang diamanahkan Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Bahwa sitiap warga Indonesia berhak mengenyam pendidikan yang layak. Sekolah di desa banyak yang belum memiliki fasilitas komputer siswa atau fasilitas lain. “Jadi tidak ada perbedaan, antara warga kota dan desa semuanya sama warga Indonesia,” kata Wiwin kepada www.sukabumizone.com, Senin, (20/02).
Lanjut Wiwin, masih banyak Sapras di pelosok yang sangat minim tidak seperti di kota hampir semua siswa mengenal dan bisa mengoprasikan komputer bahkan internet. “Bagaimana kami tidak iri, ketika melihat kondisi di kota yang begitu megahnya dengan Sapras mencukupi sementara Sapras di pelosok masih terbatas,” ujarnya.
Kini, Wiwin mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk pemagaran sepanjang 200 meter dan Tembok Penahan Tanah (TPT) dengan ketinggian lima sampai sepuluh meter. Sebab, apabila tidak secepatnya diantisipasi dikhawatirkan terjadi longsor. “Pemagaran dan TPT ini sangat penting untuk ke amanan dan ke nyamanan siswa,” tandasnya.
Pihaknya, sudah berusaha mengajukan bantuan tersebut dari 2013 lalu. Namun, hingga saat ini belum ada realisasi. “Kami sudah melayangkan proposal pada beberapa intansi pemerintahan termasuk pada desa setempat, tapi sampai sekarang belum kunjung ada bantuan,” pungkasnya. Bambang