SUKABUMI — Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menyebutkan jumlah pengangguran sekitar 6.000 orang. Angka itu, akan bertambah besar seiring dengan kelulusan pelajar tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Angka pengangguran tersebut, bersumber dari jumlah pencari kerja yang membuat kartu kuning atau kartu pencari kerja di Disnakertrans. Jumlah pembuat kartu kuning tersebut dikurangi dengan angka penyerapan tenaga kerja di sepanjang 2016 lalu. Pada tahun lalu jumlah pencari kerja yang terdaftar mencapai sebanyak 20.076 orang. “Sementara angka penyerapan tenaga kerja hanya mencapai 14.016 orang yang ditempatkan di sejumlah perusahaan yang ada di Sukabumi maupun luar daerah,” kata Kepala Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Negeri Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Sukabumi Tatang Arifin kepada wartawan Jumat (17/3).
Sehingga, masih tersisa sebanyak 6.060 orang pencari kerja yang belum tersalurkan terdiri atas 9.891 orang laki-laki dan 10.185 orang perempuan. Jumlah itu, kata dia, belum ditambah dengan pencari kerja yang membuat kartu kuning pada Januari dan Februari 2017 lalu. “Dalam dua bulan tersebut tercatat sebanyak 2.772 orang pencari kerja. Rinciannya, sebanyak 1.376 berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebanyak 1.396 orang. Diakui Tatang, data pengangguran yang berasal dari Disnakertrans ini berbeda dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS),” tandasnya.
Jumlah pengangguran di Kabupaten Sukabumi berdasarkan data BPS mencapai sekitar 84 ribu orang. Penghitungan tersebut didasarkan sejumlah parameter yang berbeda. “Pada 2017 ini, pemkab menargetkan penyerapan tenaga kerja hingga 15 ribu orang. Jumlah tersebut sambung dia optimistis tercapai,” ujarnya.
Kepala Disnakertrans Kabupaten Sukabumi Ade Mulyadi mengulas, masih banyaknya angka pengangguran di Sukabumi dikarenakan sejumlah faktor. Misalnya jumlah penduduk warga Sukabumi yang cukup besar mencapai sekitar 2,4 juta jiwa. “Tetapi, kami setiap tahun berupaya menekan angka pengangguran dengan beberapa program,” singkatnya. Rol




