“Warga di Selatan Sukabumi Belum Tertarik”
SUKABUMI — Meski, potensi untuk memproduksi garam di selatan Sukabumi cukup besar. Namun, warga di selatan Kabupaten Sukabumi ini dinilai tidak tertarik untuk memproduksi garam.
Wakil Bupati Sukabumi Adjo Sardjono mengatakan, seharusnya Sukabumi bisa memproduksi garam karena punya bentangan pantai yang cukup luas,” kata Ajo belum lama ini.
Namun kata dia pada faktanya animo warga untuk bisa membuat atau memproduksi garam masih minim. Idealnya kata Adjo, petani di selatan bisa memproduksi garam sebagai upaya membantu kelangkaan garam akhir-akhir ini. “Jika bisa memproduksi sendiri maka pemerintah tidak perlu untuk melakukan impor garam,” tuturnya.
Namun terang Adjo, hingga kini petani di selatan Sukabumi belum tertarik memproduksi garam. “Apa masalahnya belum diketahui secara pasti,” cetus dia.
Ia menganalisa kemungkinan pantai selatan Sukabumi kondisinya banyak yang curam sehingga tidak layak digunakan untuk membuat garam. Sementara itu lanjut dia di utara Jawa yang banyak memproduksi garam karakteristik pantainya landai dan banyak rawa.
“Di sisi lain harga garam di pasar tradisional Sukabumi mengalami kenaikan akibat makin minimnya pasokan. Harga garam saat ini di pasaran mencapai kisaran Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per pak. Padahal sebelumnya hanya dijual Rp 700 hingga Rp 1.000 per pak,” tandasnya.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Sukabumi Asep Jafar mengatakan, pihaknya telah melakukan pengecekan terkait naiknya harga garam, salah satunya dengan mendatangi lokasi pengolahan garam di Kelurahan/Kecamatan Cibadak,” ujarnya.
Hasilnya ungkap Asep, penyebab terjadinya kelangkaan serta kenaikan harga garam saat ini di akibatkan dari cuaca ekstrem di beberapa wilayah penghasil garam seperti Madura dan Pati. “Sehingga kata dia petani mengalami gagal panen yang berpengaruh pada penurunan pasokan garam ke beberapa wilayah serta berimbas pada naiknya harga garam,” pungkasnya. net