SUKABUMI — Kasus HIV-AIDS di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang berasal dari kalangan lelaki seks lelaki (LSL) atau gay tetap tinggi. Bahkan, kasus HIV dari kalangan itu mendominasi dibandingkan dengan kelompok risiko tinggi lainnya.
“Kasus HIV-AIDS di Sukabumi tertinggi dari LSL atau gay,’’ kata Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Sukabumi, Dian Hendayana Saputra Rabu, (22/8). Hal tersebut berdasarkan data kelompok resiko orang dengan HIV-AIDS (ODHA) kumulatif pada 2013-2017 yang berdomisili di Kabupaten Sukabumi.
Pada data itu, kalangan LSL atau gay menempati peringkat pertama dalam kasus HIV, yaitu sebanyak 213 penderita. “Berikutnya dari kalangan ibu rumah tangga sebanyak 144 orang,” ujarnya.
Peringkat ketiga, kata Dian, ditempati kelompok wanita pekerja seks (WPS) sebanyak 100 kasus. Selanjutnya, anak sebanyak 38 orang, pengguna napza suntik sebanyak 37 orang, serta waria sebanyak 16 orang.
Lebih lanjut Dian menjelaskan, kasus HIV-AIDS di Sukabumi tersebar di hampir semua kecamatan yang berjumlah 47. “Secara kumulatif, kasus HIV-AIDS dari waktu ke waktu menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan,” ulasnya.
Data Dinkes Kabupaten Sukabumi mencatat, dari 2004 sampai per Januari-Juni 2018, terdapat 704 kasus yang terinfeksi HIV. “Pada 2017 lalu, kasus HIV-AIDS secara kumulatif baru mencapai sebanyak 662 kasus,” tuturnya.
Menurutnya, fenomena itu disebabkan meningkatnya kasus baru HIV-AIDS pada setiap tahunnya. Contohnya pada 2015 lalu, kasus baru HIV-AIDS hanya sebanyak 80 orang penderita. Jumlah kasus baru meningkat pada 2016 menjadi sebanyak 100 kasus dan 2017 meningkat lagi menjadi 172 kasus.
“Dari data yang ada, kasus berdasarkan jenis kelamin setiap tahunnya di dominasi oleh laki-laki. Sementara, bila berdasarkan usia setiap tahunnya yakni peringkat pertama didominasi pada usia 25-49 tahun, peringkat kedua yaitu 20-24 tahun, serta peringkat ketiga pada usia 15-19 tahun dan sisanya 5-14 tahun serta <4 tahun,” terangnya.
Melihat peningkatan kasus itu, KPA Sukabumi berupaya mewujudkan tiga zero dalam penanggulangan HIV-AIDS. Ketiganya, yakni zero atau tidak ada lagi kasus baru infeksi HIV, kedua zero atau tidak ada kasus kematian, serta ketiga tidak ada lagi diskriminasi terhadap pengidap HIV.
Sebelumnya, Bupati Sukabumi yang sekaligus Ketua KPA Kabupaten Sukabumi Marwan Hamami menegaskan, upaya mewujudkan tiga zero dalam penanggulangan HIV-AIDS diharapkan dapat terwujud pada 2030 mendatang. Untuk mewujudkannya, diperlukan peran serta semua elemen masyarakat.
“Kepedulian pada masalah HIV, telah ditunjukkan sejumlah perusahaan yang ada di Sukabumi. Selain itu, ada sejumlah komunitas yang terlibat dalam penanggulangan HIV-AIDS, seperti warga peduli AIDS, pekerja peduli AIDS, pelajar peduli AIDS, ustaz peduli AIDS, serta media peduli AIDS,” pungkasnya. rol