SUKALARANG – Pemerintah Desa (Pemdes) Sukamaju Kecamatan Sukalarang Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, melakukan fogging atau pengasapan untuk mencegah berkembangnya nyamuk aedes aegypti sebagai penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD), Kamis, (08/08).
Langkah tersebut dilakukan setelah adanya laporan dua kasus positif DBD yang menimpa warga Kampung Pasekon RT 14 RW 02 Desa Sukamaju belum lama ini. Diketahui, sebelumnya pemdes bersama pihak Puskesmas Sukalarang telah melaksanakan penyuluhan DBD di titik penemuan kasus positif DBD.
“Hari ini kami melakukan fogging untuk mencegah bertambahnya kasus DBD. Selain itu, kami juga menginstruksikan kepada seluruh warga agar selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan selokan yang mampet supaya aliran air tidak menggenang. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi kunci dalam mengatasi kasus ini,” kata Kepala Desa Sukamaju Haris Sugiarto kepada www.sukabumizone.com Kamis, (08/08).
Ia memaparakan, DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua nyamuk tersebut dapat menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang. Virus dari orang yang terinfeksi dibawa oleh nyamuk dan menginfeksi orang lain yang digigit nyamuk tersebut.
“Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah DBD ini diantaranya, memberikan vaksin dengue pada anak usia 9-16 tahun sebanyak 3 kali dengan jarak 6 bulan, memberantas sarang nyamuk yang dilakukan dalam dua kali pengasapan insektisida atau fogging dengan jarak 1 minggu, menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi minimal satu minggu sekali,” paparnya.
Lanjut Haris, juga menutup rapat tempat penampungan air, mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti, mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah. Lalu, memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah, menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit dikuras, menggunakan kelambu saat tidur, menanam tumbuhan pengusir nyamuk, menghentikan kebuasaan menggantungkan pakaian, menghindari wilayah daerah yang rentan terjadi inveksi.
“Selanjutnya, mengenakan pakaian yang longgar, menggunakan krim anti nyamuk yang mengandung N-diethylmetatoluamide (DEET), namun jangan gunakan DEET pada anak dibawah 2 tahun. Selain itu, pangkas dan bersihkan tanaman liar di pekarangan rumah. Langkah-langkah ini yang kami peroleh dari pihak kesehatan dan perlu disosialisasikan kepada warga, “pungkasnya. (Asep Sudrajat)