
SUKABUMI KOTA, sukabumizone.com || Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Parungpanjang Dudung Nurullah Koswara menyatakan, wajah pendidikan di Indonesia hari ini masih dalam proses pemulihan pasca pandemi Covid 19.
“Dunia pendidikan mengalami chaos atau lost learning yang terjadi selama Covid 19 berlangsung, hadirnya kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka untuk covery bangun dan bangkit dari dua tahun tertidurnya dunia pendidikan,” tuturnya kepada sukabumizone.com, Minggu (4/12/2022).
Dampak buruk yang terjadi, sambung Dudung, tidak sedikit hal-hal yang sifatnya intoleran, radikal dan kekerasan seksual marak terjadi di sekitar kita. Inilah tiga dosa besar dunia pendidikan di Indonesia.
“Tentu saja hal itu harus diminimalisir untuk anak didik kita,” ungkap Dudung yang juga sebagai Dewan Penasehat PGRI Kota Sukabumi.
Baca juga: Viral Video Perundungan Pelajar, Begini Tanggapan Dudung Nurullah Koswara
Sebagai pendidik menurutnya, kurikulum merdeka memberikan kebebasan pada anak untuk berekspresi dalam dunia pertemanan maupun sekolah. Serta menjadikan sekolah sebagai taman bermain untuk mengembangkan karakter dan akademiknya.
Namun demikian, dalam implementasi kurikulum merdeka, tentu saja ada harapan dan kenyataan. Sebab setiap yang baru, ada resistensi dan atensi baru, termasuk implementasi kurikulum merdeka ini.
“Kurikulum merdeka mengajarkan tentang pentingnya projek yang kolaboratif, di mana projek tersebut menyeting anak didik, mendorong anak didik, di mana di situ ada dua kekuatan yang dikedepankan yaitu soft skill dan hard skill. Tentunya hal ini agar si anak dengan mata pelajaran satu dengan yang lainnya dapat tumbuh,” bebernya.
Ia mengungkap, kurikulum merdeka di zaman ini faktanya tidak mudah untuk ditangkap para pendidik. Maka ada spirit yang diharapkan para guru yaitu proses pembelajaran di era pasca pandemi era 4.0/5.0 society ini harus berjalan sesuai harapan.
Lanjut Dudung, kurikulum merdeka lebih mengedepankan bagaimana idealis sebuah proses. Bukan hanya bagaimana sebuah hasil proses belajar berlangsung, tapi bagaimana menghendaki anak didik untuk mampu ditangani secara personal.
“Jadi proses pembelajaran tidak identik dengan belajar secara klasikal, tapi juga prosesnya lebih dominan bagaimana anak didik dilayani secara personal,” pungkasnya.
Reporter : Amina Wiransyah
Redaktur : Surya Adam





