SUKABUMI KOTA, sukabumizone.com || Maraknya Alat Peraga Kampanye (APK) dari berbagai partai politik mulai dari calon presiden hingga calon legislatif, yang dipasang dengan cara dipaku di pohon di sejumlah ruas jalan di Kota Sukabumi, mendapatkan beberapa kritik dan protes dari aktivis lingkungan.
Pantauan dilokasi, ada beberapa APK yang dicoret dengan cat yang bertuliskan “Pohon bukan tempat kampanye” hal itu terjadi diduga sebagai protes warga.
Ketua Umum Sukabumi Hijau, Dede Rizal mengatakan, fenomena pohon dipaku APK sangat merugikan lingkungan. Karena, sudah jelas ini melanggar peraturan. Sebagaimana tertera pada Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2015 tentang penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di Kota Sukabumi.
“Ya betul, maraknya sekarang fenomena memasang reklame atau baligho baik untuk kepentingan iklan sebuah produk perusahaan maupun kampanye atau alat peraga saat ini sangat merugikan lingkungan kota kita khususnya Kota Sukabumi,” kata Dede kepada wartawan.
Ia juga menegaskan, bahwa perbuatan memaku APK di pohon itu tidak diperbolehkan dan harus segera dilakukan penindakan dengan tegas. “Itu sangat tidak boleh dan tidak bertanggung jawab, ini harus ditindak tegas demi kebersihan lingkungan kota kita. Selain merusak pemandangan, juga berdampak buruk terhadap keberlangsungan pohon itu sendiri,” ujarnya.
Senada dengan Dede, salah satu aktivis lingkungan hidup, Rozak Daud pun mengatakan hal yang serupa. Menurutnya, para caleg yang memasang APK dengan cara dipaku di pohon tidak mencerminkan contoh yang baik bagi masyarakat.
“Sebelum jadi pejabat harus belajar taati aturan memberikan contoh kepada masyarakat umum, supaya tempat-tempat yang dilarang tidak boleh dilanggar. Baru jadi caleg juga sudah merusak tanaman pohon, khususnya jadi tempat alat peraga,” katanya.
Rozak mengatakan, pohon yang dipaku dapat merusak lingkungan dan dapat berdampak buruk bagi pepohonan tersebut. Selain itu, dengan banyaknya spanduk sebagai APK yang terpasang juga akan menambah produksi sampah di Kota Sukabumi.
“Dampak lingkungan itu pasti merusak, membunuh secara perlahan, kan kalau pohon itu seperti sungai yang bukan mengalir. Menyerap air dari akar dan paginya mengeluarkan oksigen, berarti itu kan tanpa disadari sungai bagi masyarakat dan makhluk hidup,” terang Rozak.
Selain itu, kata Rozak, bukan hanya merusak tata pandangan orang yang harusnya menikmati suasana asri, tapi ini dipasang dengan alat peraga yang secara estetika merusak pemandangan.
“Produksi sampah juga pasti bertambah, walaupun sudah masuk masa kampanye, tapi kan ada ketentuan tidak boleh dipasang sembarangan,” tandasnya.
Reporter : M. Irsandi
Redaktur : Ruslan AG