LENGKONG, sukabumizone.com || Jembatan gantung penghubung Kampung Cigirang, Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, dan Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, rusak dan miring akibat diterjang banjir bandang pada 15 Juni, lalu.
Jembatan yang memiliki panjang 30 meter dan lebar 1,70 meter, melintang di atas sungai Cikaso itu kondisinya kini sangat memprihatinkan.
Walau kondisinya miring, namun warga, guru hingga siswa tetap menggunakan jembatan itu dengan cara bergelantung. Alasannya, jika menggunakan akses jalan lain cukup memakan waktu hingga 3 jam untuk pulang pergi.
“Saya terpaksa melintasi jembatan rusak itu dengan cara bergelantung. Karena, awalnya saya gunakan akses jalan yang lain itu membutuhkan perjalanan untuk pulang dan pergi mencapai tiga jam lebih,” kata salah satu warga Kampung Pamoyanan, Desa Bantarpanjang, Kecamatan Jampangtengah, Leni Sumarni (40), kepada awak media, Selasa (23/7/2024).
Karena perjalan sangat memakan waktu, sambung Leni, maka ia memutuskan untuk melintasi jembatan rusak itu dengan cara bergelantung. “Kalau lewat melalui jembatan ini dari rumah ke tempat kerja saya satu jam kurang,” ucapnya.
Menurutnya, kondisi jembatan gantung ini seharusnya tidak layak dilintasi. Namun, tidak ada pilihan lain karena jika menggunakan jalan lain cukup memakan waktu.
“Walau kondisinya tidak layak tetapi banyak yang melintasi jembatan ini, dari mulai siswa, guru hingga masyarakat. Karena dari kampung Cigirang ke kampung Pamoyanan, ada yang sekolah non formal, ada Madrasah Diniyah. Untuk siswa SMP, SMA, SMK, dari kampung kami banyak. Bahkan, bukan hanya dari kampung kami ada dari desa Bantarpanjang juga banyak menggunakan akses jalan ini,” bebernya.
Dengan kondisi jembatan gantung tidak layak digunakan, Leni berharap kepada pihak terkait agar ada perhatian dan segera dilakukan perbaikan.
“Harapan kami kepada siapapun khususnya institusi pemerintah agar segera untuk dibangun jembatan ini dengan pembangunan yang layak dan bagus dari sebelumnya,” ujarnya.
Sementara itu, Putri (12), siswa kelas 5 Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cibadak, bersama lima temannya terdiri dari kelas 2 dan 5 terpaksa melintasi dengan bergelantungan di rangka jembatan gantung untuk bersekolah.
“Mau sekolah Madrasah Diniyah. Ya, gitu pegangan lewat gelantungan. Kalau hujan dan aliran sungai meluap kita gak sekolah karena takut,” singkatnya.
Reporter : M Afnan
Redaktur : Ruslan AG