JAMPANG TENGAH, sukabumizone.com || Respon cepat tanggap ditunjukkan oleh Babinsa Koramil 2207/Jampang Tengah bersama Kepala Desa Bojongjengkol dalam merespons keluhan warga yang viral di media sosial terkait kondisi rumah tidak layak huni di wilayah mereka.
Keluhan itu datang dari Fatah Wijaya (23), warga Kampung Bungur RT 16/04 Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi. Ia tinggal bersama istri, Rista Seftiani (16), dan putri mereka yang masih berusia enam bulan, Arisha Akila Wijaya, di rumah panggung berukuran 3×5 meter yang merupakan peninggalan orang tuanya. Kondisi rumah yang sudah lapuk, bocor, dan nyaris roboh tersebut membuat Fatah merasa cemas, terlebih dengan kehadiran anak balita di tengah keterbatasan ekonomi.
Curhatan Fatah yang dibagikan melalui grup Facebook Info Jampang Tengah sontak menyita perhatian publik. Tidak butuh waktu lama, Babinsa Desa Bojongjengkol bersama Kepala Desa Nirwana langsung turun ke lokasi untuk meninjau dan menyalurkan bantuan awal.
“Dari hasil pengecekan langsung, memang kondisi rumah sangat memprihatinkan. Maka kami segera berkoordinasi untuk melakukan langkah-langkah cepat,” ungkap Nirwana, kepada sukabumizone.com, Sabtu (12/4/25).
lanjut Nirwana menjelaskan, Fatah sendiri bekerja sebagai buruh kebun durian dengan penghasilan yang tidak menentu, sekitar Rp50.000 per hari. Ia belum masuk dalam daftar penerima bantuan pemerintah seperti BLT karena status administrasi keluarga yang belum lengkap.
” Langkah tanggap cepat yang kami lakukan, kami pihak pemdes bersama, Babinsa melakukan pengecekan langsung ke lokasi, menyalurkan bantuan awal untuk kebutuhan mendesak, menyusun rencana gotong royong bersama warga untuk perbaikan rumah sementara dan kami telah mengajukan bantuan program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ke dinas terkait,” ujarnya.
Sebagai bagian dari tindak lanjut, kegiatan gotong royong, melibatkan warga sekitar, aparat desa, dan Babinsa.
“Kegiatan ini berjalan lancar dan kondusif. Ini bukti nyata sinergitas antara TNI melalui Koramil 2207/Jampang Tengah dan Pemerintah Desa dalam membantu masyarakat yang membutuhkan. Jeritan warga di media sosial tidak hanya didengar, tapi langsung ditindaklanjuti dengan aksi nyata,” tegas Nirwana.
Langkah ini mendapat apresiasi luas dari masyarakat sekitar, sebagai bukti bahwa media sosial juga bisa menjadi jembatan aspirasi jika ditanggapi dengan kepedulian dan aksi nyata.