SUKABUMI, sukabumizone.com || Di jalan provinsi yang menghubungkan Sukabumi dan Sagaranten, tepatnya di pinggir perkebunan Cikapundung, Desa Sagaranten, sering tampak sosok bocah laki-laki berpeci hitam. Hampir setiap hari, ia menyusuri jalan sambil menenteng keranjang plastik berisi kue donat.
Dialah Aditya Suhendar, bocah 12 tahun asal Kampung Cibitung, RT 003/004, Desa Cimenteng, Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi. Sosoknya sudah tak asing lagi bagi warga Curugkembar, Sagaranten, maupun para sopir yang kerap melintasi jalur ini.
Sejak tahun 2019, Adit sudah menjadi tumpuan harapan keluarganya. Ia menjajakan kue donat buatan ibu dan neneknya demi membantu ekonomi rumah tangga. Di usia yang seharusnya dihabiskan untuk bermain, Adit justru memikul tanggung jawab besar sebagai tulang punggung keluarga.
Awalnya, ia berjualan di sekitar kampung, sekolah, dan kantor desa. Namun sejak 2021, Adit mulai memperluas jangkauan hingga ke Kecamatan Sagaranten. Kini, ia memilih mangkal di titik strategis di pinggir jalan yang ramai kendaraan, dengan harapan dagangannya cepat habis terjual.
Setiap hari selepas dzuhur, sekitar pukul 14.00 WIB, Adit diantar oleh ibu atau kakaknya ke tempat ia biasa berjualan. Ia membawa sekitar 60 buah donat yang dijual seharga Rp2.000 per biji. Menjelang sore, ia akan dijemput pulang.
Kadang semua dagangan habis, kadang masih tersisa. Namun semangatnya tak pernah padam.
“Adit selalu menyapa dan menjabat tangan setiap pembeli, anaknya sopan sekali, makanya banyak orang yang beli,” ujarnya seorang sopir boks asal Nyalindung yang menjadi langganan nyah.
Tak ada keluhan, tak ada rasa malu. Bagi Adit, menjual donat adalah bentuk cinta dan pengorbanan untuk keluarganya.
Dengan peci hitam yang selalu menempel di kepalanya, Adit menjadi simbol keteguhan dan harapan di tengah kerasnya kehidupan. Di usia belia, ia sudah mengajarkan arti perjuangan sejati bukan dengan kata-kata, tetapi lewat tindakan nyata.