SUKABUMI, sukabumizone.com ||
Kondisi infrastruktur yang buruk, terutama akses jalan rusak, menjadi penyebab utama tingginya angka putus sekolah di sejumlah kampung di Desa Nangela dan Bangbayang, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi.
Jalan penghubung utama antara Desa Nangela dan Bangbayang, tepatnya di ruas Cibugel–Bangbayang sepanjang sekitar 6 kilometer, telah rusak parah selama puluhan tahun. Akibatnya, warga di tiga kampung—Bojongwaru 1, Bojongwaru 2, dan Selaeurih—mengalami dampak serius di berbagai sektor, termasuk pendidikan.
Ketua RT Bojongwaru, Bubun (40), mengungkapkan bahwa minimnya akses ke sekolah lanjutan seperti SMP atau MTs membuat banyak anak putus sekolah setelah lulus dari SD. “Anak-anak harus melanjutkan ke sekolah di Kecamatan Kalibunder, Sagaranten, atau ke Desa Bangbayang. Tapi jalannya sangat buruk, berlumpur saat hujan dan penuh bebatuan tajam. Kendaraan biasa tidak bisa melintas,” ujar Bubun, Senin (28/4/2025).
Karena sulitnya akses, anak-anak yang ingin melanjutkan sekolah harus kost atau mondok di dekat sekolah. Namun, tidak semua keluarga mampu membiayainya. “Banyak yang akhirnya tidak sekolah karena tidak punya biaya tambahan. Kebanyakan orang tua di sini petani kecil dengan ekonomi pas-pasan,” tambahnya.
Menurut data terbaru, di Kampung Bojongwaru saja terdapat sekitar tujuh anak usia SMP yang kini tidak melanjutkan pendidikan. “Rata-rata tiap tahun hanya satu atau dua anak yang bisa lanjut, itu pun harus mondok di pesantren,” kata Bubun.
Hal serupa disampaikan Kepala SDN Malangbong, Riprip Nurkhalik. Ia menyatakan bahwa buruknya infrastruktur menjadi penghalang utama kelanjutan pendidikan anak-anak di wilayah tersebut. SDN Bojongwaru kini bahkan digabung dengan SDN Malangbong dan SDN Caringin karena jumlah siswa yang sangat sedikit—hanya 24 orang dari kelas 1 sampai 6.
“Setiap tahun hanya satu hingga tiga siswa yang lulus, bahkan ada tahun di mana tidak ada yang lulus sama sekali. Dari yang lulus, hanya satu atau dua yang melanjutkan ke jenjang berikutnya,” jelas Riprip.
Upaya untuk membuka kelas jauh tingkat SMP pun pernah diajukan, namun gagal karena tidak memenuhi syarat minimal jumlah siswa. “Kalau jalannya bagus dan anak-anak bisa pulang-pergi, pasti lebih banyak yang mau sekolah,” tegasnya.
Warga berharap pemerintah segera turun tangan memperbaiki kondisi jalan tersebut. Mereka ingin anak-anak di kampung mereka mendapat hak pendidikan yang sama seperti anak-anak di wilayah lain.
“Kami tidak minta muluk-muluk. Kami hanya ingin jalan diperbaiki agar anak-anak bisa sekolah tanpa hambatan,” tutup Bubun penuh harap. (SU).