SUKABUMI KOTA, sukabumizone.com || Di balik pintu kedap suara General Intensive Care Unit (GICU) RSUD R Syamsudin SH, denyut kehidupan bertarung dalam diam. Di ruangan ini, harapan bertemu batas, waktu berubah menjadi taruhan, dan setiap napas berarti segalanya.
GICU bukan sekadar ruang perawatan intensif tetapi, msrupakan garis depan terakhir bagi pasien dengan kondisi paling kritis. Di sinilah para dokter dan perawat berjibaku 24 jam tanpa jeda, berpacu dengan waktu, melawan kemungkinan terburuk. Diperkuat dengan teknologi medis mutakhir seperti ventilator dan sistem pemantauan real-time, GICU menjadi medan tempur yang tak terlihat, tapi nyata.
Namun lebih dari deretan alat medis canggih, GICU menyimpan atmosfer yang tak tergantikan cinta yang diam, doa yang lirih, dan air mata yang tertahan. Di sudut ruangan, terlihat keluarga menggenggam harapan, sementara tim medis memegang prinsip: menyelamatkan nyawa adalah panggilan, bukan sekadar tugas.
PLT Direktur RSUD R Syamsudin SH, Yanyan Rusyandi menegaskan bahwa GICU bukan hanya tempat untuk bertahan hidup, tapi juga ruang kemanusiaan.
“Setiap pasien yang kami rawat bukan hanya angka dalam data. Mereka adalah bagian dari keluarga besar kami. Di balik setiap perawatan, ada kisah, ada cinta, ada perjuangan yang kami hormati,” ujar perwakilan manajemen rumah sakit.
RSUD Syamsudin SH tak ingin hadir sebagai institusi dingin yang hanya bergerak berdasarkan prosedur. Mereka membangun pendekatan humanis: menyembuhkan tubuh, menenangkan hati, dan memeluk setiap cerita dengan empati. GICU menjadi simbol dari semangat itu bahwa hidup tak bisa dihitung hanya dengan statistik medis.
Tak jarang, perawat menjadi saksi air mata bahagia saat pasien kembali sadar. Atau diam-diam menahan pilu saat harus melepas yang tak terselamatkan. Tapi mereka terus berdiri, karena di GICU, kemanusiaan tak boleh lelah.
Di tengah hiruk pikuk dunia medis, RSUD Syamsudin SH menempatkan GICU sebagai lebih dari sekadar unit perawatan. Ia adalah ruang penuh perjuangan, benteng terakhir yang tidak hanya menjaga nyawa tapi juga menjaga harapan.
Reporter: Restu Virmansyah
Redaktur: Ruslan AG