NYALINDUNG — Pemerintah Desa (Pemdes) Kertaangsana Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, kembangkan usaha pertanian Jagung Hirida untuk kebutuhan pakan ternak sapi. Dari informasi yang diperoleh www.sukabumizone.com menyebutkan, pengembangan pertanian jagung tersebut menjadi target unggulan Pemdes Kertaangsana untuk meningkatkan tarf ekonomi masyarakat yang berprofesi sebagai petani dengan menggandeng salah satu investor.
Kepala Desa Kertaangsana Agus Sudrajat mengatakan, program pengembangan pertanian Jagung Hibrida tersebut dinilai memiliki nilai ekonomi cukup tinggi yang sangat menguntungkan bagi para petani. Sehingga, pihaknya bekerjasama dengan salah satu investor agar dapat meningkatkan program tersebut. “Alhamdulillah, kami telah menggandeng investor untuk mengembangkan program penanaman jagung sebagai pakan ternak ini,” kata Agus saat disambangi www.sukabumizone.com Sabtu, (16/03).
Menurutnya, harga jagung saat ini adalah Rp. 750,-/kg, sementara jagung yang dihasilakan dari satu hektar tanah mencapai 40-50 ton/75 hari dengan modal hanya Rp.10.000.000,-. “Jelas disini sangat menguntungkan karena ada laba untung sebesar Rp. 20-25 juta. Ini menjadi terobosan yang begitu bagus demi kesejahtraan masyarakat,” ujar Agus.
Disinggung mengenai kendala yang dijumpai saat ini? Ia menjawab, kendala yang dijumpai adalah terkait status kepemilikan lahan yang sementara ini masih berstatus HGU yang diindikasikan diterlantarkan oleh salah satu perusahaan seluas 110 hektar.
“Sesuai dengan dokumen yang kami miliki bahwa pada 2002 silam telah ada surat pencabutan izin usaha oleh Badan Penanaman Modal Asing. Sehingga, kami beserta masyarakat berinisiatif untuk memanfaatkan lahan tersebut dengan menanam jagung. Hal tersebut, mengacu pada Undang-Undang bahwa tanah, air dan udara itu milik negara yang harus dipergunakan untuk kesejahtraan masyarakat. Sementara ini, kami baru menanam di tanah HGU itu seluas 12 hektar sisanya di tanah milik masyarakat,” tandasnya.
Selain itu, apabila tanah HGU tersebut kembali dipergunakan ujar Agus, maka Pemerintah Kabupaten Sukabumi harus memberikan perhatian yang serius dan langsung melakukan peninjauan. “Dari 2002 diduga diterlantarkan apakah negara tidak rugi. Sedangkan, apabila digarap oleh masyarakat itu jelas akan sanga menguntungkan. Kami rasa masyarakat juga tidak ingin memilikinya dan hanya ingin memanfaatkan untuk menanam jagung ini,” tuturnya.
Ia berharap, program tersebut dapat berkembang dan menguntungkan bagi para petani. “Selain itu, ada perhatian dari pemerintah yang di atas untuk memberikan bantuan,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Utama Bunaka Kertaangsana yang merupakan Investor dari penanaman Jagung Hibrida H. Arnold Sudarnoto menjelaskan, kebutuhan jagung untuk ternak ini cukup banyak. Hanya saja, sementara ini pihaknya masih mengukur kemampuan dari petani yang ada di Desa Kertaangsana. “Sementara ini, kami hanya meminta 6 ton/hari. Dan untuk permodalan secara bertahap kami berikan agar saling menguntungkan,” jelasnya.
Ia berharap, kerjasama yang dilakukan antara perusahaan, pemerintah desa dan petani bisa terjalin harmonis. “Agar program penanaman jagung hibrida ini bisa berkembang dan memenuhi kebutuhan kami,” pungkasnya. (Agus)