PALABUHANRATU, sukabumizone.com || Bupati Sukabumi, Marwan Hamami, membeberkan alasan program zero stunting atau anak kekurangan gizi belum tercapai di Kabupaten Sukabumi.
Menurutnya, hal itu terjadi lantaran pola pikir masyarakat akan pentingnya asupan gizi bagi anak masih rendah. Padahal cara berpikir seperti itulah yang menjadi kunci sukses mengentaskan stunting.
“Kunci zero stunting itu adalah bagaimana pola pikir masyarakat berubah, meski diintervensi oleh berbagai kebijakan dari pemerintah daerah, tetapi kalau pola pikir masyarakat tidak berubah, stunting tidak akan pernah hilang,” ungkap Marwan, seusai mengikuti rangkaian Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Lapang Cangehgar, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Rabu (20/11/2024).
Selain itu, sambung Marwan, keberadaan stunting juga tidak lepas dari masih kentalnya pameo atau peringatan orang tua jaman dulu (Jadul). Seperti, melarang anak minum susu pagi hari karena bisa sakit perut, jangan menkonsumsi ikan maupun daging terlalu banyak lantaran bisa cacingan, serta khawatir bisulan akibat kebanyakan memakan telur.
“Pola pikir seperti ini harus dirubah, karena inilah yang menyebabkan stunting,” imbuhnya.
Marwan menyebut, padahal Sukabumi memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat kaya. Mulai dari, menjadi daerah industri telur terbesar, penghasil susu perah cukup banyak, ketersediaan ikan laut melimpah, ditambah banyaknya peternakan unggas, kambing, kerbau, maupun sapi yang tersebar hampir disetiap pelosok.
Jika melihat itu, Marwan menilai, seharunya kekayaan SDA ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Sehingga zero stunting di Kabupaten terluas se Jawa-Bali ini bisa tercapai.
“Kalau saja anak Sukabumi mengkonsumsi telur atau susu perah secara rutin, kemudian makan ikan laut atau daging sekali-kali karena sumber dayanya ada. Seharunya tidak ada lagi stunting,” pungkasnya.
Reporter : Wafik Hidayat
Redaktur : Ruslan AG