SUKABUMI KAB — Hasil tangkapan ikan nelayan di selatan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, alami penurunan dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi itu disebabkan faktor cuaca buruk seperti gelombang tinggi.
‘’Hasil tangkapan ikan nelayan Sukabumi turun sekitar 25 persen paceklik,’’ ungkap Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi Abdul Kodir Kamis, (22/10).
Sebabnya, saat ini kondisi cuaca kurang mendukung untuk melaut seperti gelombang tinggi serta angin kencang. Kondisi ini menyebabkan para nelayan sebagian besar tidak melaut.
Kini mereka lebih memilih menyandarkan perahunya di dermaga. Terutama di daerah perairan Ujunggenteng.
Sebagian nelayan memilih tidak melaut bila dipaksakan maka hasil diperoleh tidak akan maksimal. Selain itu kondisi gelombang tinggi serta angin kencang dikhawatirkan mengancam keselamatan nelayan melaut.
Apalagi alat tangkap nelayan kebanyakan masih relatif tradisional. Akibatnya nelayan harus berhati-hati ketika melaut atau mencari ikan di lautan dalam kondisi cuaca buruk.
Di sisi lain, sebagian nelayan Sukabumi lainnya terpaksa andon atau mencari ikan diperairan daerah lain. Misalnya di wilayah Jawa Timur seperti Kecamatan Pacitan serta Trenggalek. Selain itu ada sebagian nelayan lainnya yang mencari ikan di perairan Cilacap, Jawa Tengah.
Para nelayan ungkap Kodir, mayoritas adalah nelayan tradisional yang rata-rata menggunakan perahu di bawah 5 gross tonnage (GT). Mereka datang ke daerah lain ada yang melalui jalur laut maupun melalui jalan darat.
Kodir mengungkapkan secara keseluruhan hasil tangkapan ikan pada bulan ini mengalami penurunan sampai 25 persen dibandingkan kondisi normal. Pada kondisi normal hasil tangkapan ikan mencapai 9 ribu ton per bulan. Jenis ikan yang menjadi andalan nelayan Sukabumi kata Kodir seperti cakalang, layur, tongkol serta ikan kakap.
Namun sambung Kodir, ketersediaan ikan ditempat pelelangan ikan (TPI) masih mencukupi kebutuhan warga maupun pelaku usaha baik hotel maupun restoran di selatan Sukabumi. Hal ini disebabkan pasokan ikan juga didatangkan dari daerah lainnya.
Salah seorang nelayan Ujunggenteng, Nanang (32) mengatakan, kondisi gelombang tinggi menyebabkan nelayan tidak berani melaut. Karena bila dipaksakan akan mengancam keselamatan nelayan. (rol)