SUKABUMI — Pemerintah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, optmistis hasil panen raya padi yang dimulai pada Februari 2019 ini akan berhasil maksimal. Pasalnya dari hasil pantauan pertumbuhan tanaman ini didukung faktor cuaca yang mendukung.
“Panen raya diperkirakan mulai pada pekan ini atau akhir Februari 2019,’’ kata Kepala Dinas Pertanian (Distan) Sudrajat kepada wartawan Minggu, (17/2). Diperkirakan panen raya akan berlangsung sampai Maret dan April 2019.
Menurutnya, dari pantauan petugas di lapangan hasil panen musim taman ini akan maksimal dibandingkan sebelumnya. Kondisi itu disebabkan dukungan faktor musim hujan. Sehingga sarana pengairan untuk areal persawahan cukup memadai.
“Produksi padi di awal 2019 ini diharapkan bisa memenuhi target yang ditetapkan sebelumnya. Upaya itu untuk mengejar produksi padi pada 2019 ini bisa melebihi tahun sebelumnya. Sebelumya produksi padi di Kabupaten Sukabumi pada 2018 lalu mencapai sebanyak 919.127 ton per tahun,”ujarnya.
Jumlah itu lanjut Sudrajat mampu memenuhi kebutuhan padi lokal serta sebagian diantaranya dipasok ke daerah lain. Produki padi pada 2018 itu terdiri atas padi sawah maupun padi gogo. “Rinciannya produksi padi sawah sebanyak 837.016 ton. Sementara produksi padi sawah 82.111 ton,” jelasnya.
Sasaran tanam padi sawah di Sukabumi mencapai seluas 143.028 hektare dengan areal panen 144.642 hektare serta provitas 60,42 kwital per hektare. Sementara sasaran taman padi gogo mencapai 29.059 hektare dengan lahan panen 22.181 hekatre dan provitas 37,02 kwital per hektare.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi H Sahlan menambahkan, secara umum hasil panen kali ini diperkirakan cukup bagus. “Akan tetapi di beberapa tempat hasil panen tidak dapat maksimal dibandingkan biasanya,’’ cetusnya.
Itu karena disebabkan guyuran hujan di selatan Sukabumi tidak merata. Dalam artian ada wilayah yang terkena hujan serta sebagian lainnya tidak. Sehingga lahan pertanian yang telah ditanami padi tidak dapat tumbuh secara maksimal karena ketiadaan sarana pengairan.
Hal itu dikarenakan sebagian besar lahan pertanian di selatan Sukabumi adalah sawah tadah hujan. “Diperkirakan ada 5-10 persen lahan pertanian yang tidak dapat maksimal penggarapannya,’’ imbuhnya.
Sahlan mengungkapkan, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) di selatan Sukabumi tidak terlalu berpengaruh pada hasil panen. “Meskipun ada sebagian kecil yang sempat terancam serangan hama wereng,” tandasnya.
Hama itu ujar Sahlan, sebagian besar dapat diatasi petani dengan jurus masing-masing. Selain itu ada lahan yang terselamatkan karena bertepatan dengan waktu panen.
“Pada musim panen kali ini produktivitas padi per hektarenya mencapai sekitar 6-7 ton per hektare. Untuk harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani yang diharapkan mencapai Rp 5.000 per kilogram,” pungkasnya. (red)