BERPELUANG dan masih berpeluang adalah dua kata yang berbeda arti dan makna. Hasil terbaik timnas Indonesia, sejatinya pengalaman tanding dalam laga kejuaraan resmi.
Berpeluang itu, saat timnas Indonesia mampu melewati babak perempatfinal Piala Asia U-23 Qatar 2024. Predikat “4 Besar” alias semifinalis. Timnas debutan yang sukses lolos fase grup. Tapak sejarah prestasi sepakbola tanah air di kancah Asia. Kali pertama istimewa, terbilang melebihi ekspektasi.
Melabrak pagar semifinal itulah berpeluang. Tak semata puncak Piala Asia, tapi otomatis lolos Olimpiade Paris 2024. Pretise yang menjadi mimpi indah timnas kita. Adangan Uzbekistan, memaksa skuad asuhan Shin Tae-yong harus berebut juara-III. Ini peluang kedua atau terakhir untuk slot zona Asia. Apa hendak dikata, timnas Irak yang mantan juara (perdana) 2013 pun memupus langkah Rizky Ridho dkk.
Tak kesampaian “3 besar” Piala Asia U-23 yang kali ini plus bonus tiket Olimpiade Paris 2024. Tak sepadan gagal. Sejatinya, prestasi terbaik timnas Indonesia pada posisi semifinalis tadi. Bahkan menutup jalan Korsel sebagai langganan wakil zona Asia ke olimpiade. Lagi-lagi serupa bonus capaian prestasinya. Bonus lanjutan konon senilai Rp27 milyar dari para pengusaha tanah air untuk memotivasi dan memompa semangat, tak cukup bekal mengantar ke final. Terhenti dalam dua kali kesempatan puncak.
Kamis malam nanti, berlabel masih berpeluang. Babak play off antarkonfederasi Asia – Afrika di Centre National du Football de Clairefontaine — pusat pelatihan di Paris, Prancis.
Timnas Indonesia vs Guinea. Sama-sama debutan, sama pula ranking-IV konfederasi. Tim yang menang sama pula beroleh bonus tiket Olimpiade Paris 2024.
Dalam kesamaan capaian itu, selintas (masih) berpeluang sama pula. Sejalan itu, bertaruh mission impossible. Tak semata tentang Indonesia, tapi sepakbola mengait latar dan data. Ranking FIFA terbaru, menempatkan Guinea di peringkat 76. Timnas Indonesia pada posisi 134.
Dalam ranking itu, timnas Indonesia mencatat perkembangan 8 point. Sementara Guinea relatif stagnan. Namun tim Afrika Barat itu punya sejumlah pemain andal. Diperkuat Moriba, jebolan Barcelona. Ada tiga pemain lain yang berlaga di Eropa, sekaligus bagian timnas senior. Adalah Ibrahim Diakite dan Facinet Conte, keduanya klub Stade Lausane, Swiss serta Saido Sow yang berlaga di klub Prancis.
Tim Guinea dilatih Kaba Diawara yang dulu pernah bermain untuk Paris Saint-Germain dan Arsenal. Tak cukup adu strategi antarpelatih. Berpulang duel antarkesebelasan di arena. Timnas Indonesia masih berpeluang berjaya. ***
Drs. H. Rachmat Djunaidi W