SUKABUMIZONE.COM,SUKABUMI–Sindikat perdagangan manusia (trafficking) mengincar gadis-gadis desa yang masih lugu. Mereka diiming-imingi pekerjaan di kota dengan gaji besar, tapi ternyata dijerumuskan ke lembah hitam. Fakta ini terungkap dari banyaknya gadis Sukabumi, Jabar, yang dijual oleh germo.
Selama 10 bulan terakhir sepanjang 2012 tercatat 49 gadis asal Kabupaten Sukabumi yang menjadi korban perdagangan. Miskin secara ekonomi dan miskin pendidikan, menjadi pemicu gadis-gadis muda terpedaya bujuk rayu.
Data di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi, puluhan korban diberangkatkan ke sejumlah wilayah, seperti ke Malaysia, Brunei Darussalam, Lebanon, Arab Saudi, Papua, Jakarta, dan Medan.
Selama periode Januari-September dilaporkan terjadi 43 kasus dengan 49 korban. Ketua P2TP2A Kabupaten Sukabumi, Elis Nurbaeti, jumlah kasus trafficking di daerah berhawa sejuk itu tiap tahunnya meningkatan.
Pada 2011 lalu, hanya ada sekitar 27 kasus perdagangan wanita yang kebanyakan diperdagangkan ke wilayah Batam. Sekarang justru dominan ke luar negeri.
“Beberapa di antara korban trafficking tersebut sudah ditangani dan diberikan pendampingan secara psikologis. Sebagian telah dipulangkan ke rumahnya masing-masing,” kata Elis. Untuk menampung semua korban trafficking, P2TP2A telah menyediakan rumah singgah.
Fungsi rumah singgah adalah tempat pengaduan dan pelaporan korban perdangan manusia. “Tingginya kasus trafficking banyak faktor. Banyak wanita yang tertarik bekerja ke luar daerah atau luar negeri, karena iming-iming gaji besar. Kebanyakan dari korban, usia remaja, seperti siswi SMP atau SMA yang ekonomi keluarganya miskin dan berpendidikan rendah,” jelasnya.
Dengan kondisi di atas, kata Elis, para korban sangat mudah diperdaya dan akhirnya menjadi korban. Padahal, mereka hanya diperalat dan diperjualbelikan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Untuk menekan kasus trafficking, P2TP2A gencar bersosialisasi kepada masyarakat, khususnya para pelajar di sekolah-sekolah.
Salah seorang korban, Anis, 18, (bukan nama sebenarnya), mengaku dijual ke Batam, Kepulauan Riau.
“Saya dijanjikan kerja di toko dengan gaji yang lumayan. Ternyata sampai di Batam, saya malah disuruh kerja di tempat hiburan malam. Saya dipaksa melayani tamu laki-laki,” katanya.
Menurut Anis, bila menolak, dia tak diberi apa-apa. “Akhirnya saya diselamatkan petugas, setelah saya SMS kepada keluarga di Sukabumi,” jelasnya.
Masih banyak ‘Anis-Anis’ lain yang kini bertebaran di berbagai daerah dan luar negeri. Rata-rata pekerjaan yang mereka terima, tak jauh dari tempat hiburan malam yang mengandalkan tubuh mereka sebagai pengumpul uang. Padahal, dari uang-uang yang dihasilkan, belum tentu mereka nikmati.
SBR:PK