(Habis )
Melihat keseharian para pecinta seni bedug di Sukabumi, yang tetap bersikuku melestarikan seni yang kerap dipandang sebelah mata ini. Namun, apa yang sebenarnya membuat mereka tetap bertahan?
(Penulis: Nursuhendar)
Kemajuan negeri tergantung baik buruk pemimpin dan rakyatnya. Pekembangan ekonomi dan politik telah menunjukan kepintaran bagaimana manusia berkarya…!Lalu,bagaimana jika karya-karya itu terlahir dari rakyat kecil dan bagaimana upaya pemerintah setempat cara membuka jalan untuk menunjukan kepada masarakat bahwa,potensi yang mereka miliki bisa seperti potensi para pemimpin.
Dipagi yang mendung, bukanlah penghambat bagi masarakat yang ingin melaksanakan kewajibannya masing-masing untuk bekerja, para petani sibuk mempersiapkan cangkul dan parang untuk pergi ke ladang, begitupun yang mau berdagang,mereka siap dan sigap sambil membereskan dagangan yang mau di jual. Tapi lain halnya dengan seorang bapa dan empat temannya ini, mereka gesit mengatur dan mempersiapkan alat musik teradisional untuk memenuhi panggilan ke luar wilayah. ” saat berkarya, itu memang penuh tantangan, bukan hanya cape dan menyita waktu ,tapi juga mesti berani menghadapi resiko hujan dan panas, tapi inilah bukti bahwa kami pecinta seni dan kami ingin membuktikan pada dunia, bahwa lantunan irama dulag ( BEDUG ) mampu berada digaris tengah dengan budaya seni asing yang telah merambah negeri ini,” begitu tutur salah seorang grup dulag alfalihin Handa kepada sukabumizone.com.
35 tahun sudah alfalihin berdiri,selama itu pula anak-anak bangsa terdidik dan mengerti arti sebuh lagu dan irama, dan mereka telah diwarisi ilmu pengetahuan yang tak akan sirna dari ingatan masa depan dan paham akan nilai-nilai budaya bangsa sendiri.
Alhamdulillah, berkat dukungan kepala desa dan camat gunung guruh. Detik waktu telah membantu alfalihin kedunia kenyataan.” Dulu kami begitu ragu,bahkan tak terpikir akan dikenal khalayak luar seperti sekarang ini, dan kami berharap kepada pihak terkait, selalu memberikan dukungan ataupun solusi demi menjungjung tinggi martabat bangsa” tempasnya.
Budaya dulag adalah budaya rakyat,dari rakyat dulag ingin tetap merakyat. Jauh dari kecongkakan, dekat dengan peradaban, santun bertahta senyum,keras bermahkota keperibadian.
Antusias semua lapisan masarakat gunung guruh umumnya. dengan berkembangnya seni bedug yang telah mengangkat nama baik desa gunung guruh tersebut. ” kami bersukur dan merasa bangga dengan seni budaya leluhur kami,yang tetap exsis mempertahankannya sampai saat ini.” begitu lontar Kepala Desa Gunung Guruh Usep Saprudin ketika diwawancarai. Ke depan kami akan senantiasa mendukung segala bentuk kegiatan apapun yang sipatnya positif,demi kesejahteraan dan kemajuan desa ini.” tukasnya.
Perjalanan karir apapun memang penuh suka duka,namun ketika semua bisa diatasi,pasti akan memetik buah keberhasilan sampai menemui harapan. dan bukan hanya semangat bekerja saja,tapi berdo’alah. “Karena bekerja tampa berdo’a,itu sombong. dan sebaliknya, berdo’a tampa bekerja,itu adalah bohong,”pungkasnya.